
Serang (30 Juni 2022): Dosen Pascasarjana Prodi Magister Manajemen UNIBA Dr. Ir. Uli Wildan Nuryanto, ST, MM, IPM memberikan paparan mendetail pada acara Talkshaw Bincang Hari ini yang disiarkan langsung di Chanel SULTAN TV dan juga Live Streaming dengan Topik “PHK Massal, Era Keemasan Startup di Indonesia telah selesai?” dengan host Dhea L. Whengi.
Pada Sesi tersebut Dr. Ir. Uli Wildan Nuryanto, ST, MM, IPM menjelaskan bahwasanya Indonesia merupakan negara dengan jumlah perusahaan startup terbanyak nomor 5 di dunia pada 2022. Tercatat, terdapat 2.346 startup di dalam negeri. Sedangkan Amerika Serikat merupakan negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia yaitu sebanyak 71.405 startup disusul India pada posisi kedua dengan jumlah startup 13.244, kemudian Britania Raya menduduki urutan ketiga dengan total 6.258 startup. Berikutnya adalah Kanada dengan jumlah startup sebanyak 3.332 startup. Indonesia lebih unggul jika dibandingkan dengan Jerman dan Australia yang berada pada urutan ke 6 dan 7 dengan jumlah startup masing-masing sebanyak 2298 dan 2.276 startup.
Lebih lanjut Dr. Uli menambahkan bahawa bukan hanya unggul kuantitas. Kualitas startup di Indonesia pun kian tangguh dengan munculnya empat unicorn dan satu decacorn. Valuasi pasar unicorn dan decacorn itu juga mendominasi dunia startup Asia Tenggara, diantaranya adalah Gojek (11 miliar dollar AS), Tokopedia (7 miliar dollar AS), Traveloka (4,5 miliar dollar AS), OVO (2,9 miliar dollar AS), dan Bukalapak (12 miliar dollar AS).
Namun fenomena saat ini yang terjadi dimana banyak startup yang bertumbangan dan melakukan PHK karyawannya apakah akan menjadi ending dari era kejayaan startup di Indonesia, Dr. Uli menjelaskan bahwasanya fenomena tersebut bukan hanya terjadi di Indonesia saja, namun juga terjadi disemua negara bahkan di Negara Maju sekelas Amerika Serikat juga mengalaminya.
Akar permasalahan salah satunya disebabkan oleh perekonomian yang terganggu akibat pandemi serta ketegangan geopolitik antara Rusia-Ukraina membuat kinerja beberapa startup menurun hingga harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada karyawannya. Tercatat sepanjang 2022 ada beberapa startup yang mulai berguguran dengan melakukan PHK. Salah satunya Zenius, startup bidang pendidikan ini memangkas lebih dari 200 karyawan. Manajemen mengaku kinerja perusahaan turun di tengah gejolak ekonomi sehingga harus melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis untuk memastikan keberlanjutan usahanya. Disusul dengan LinkAJA yang merupakan layanan digital keuangan BUMN yang ikut mem PHK karyawannya dalam rangak reorganisasi sumber daya manusia (SDM).
Namun Dr. Uli merasa yakin bahwasanya dengan kemampuan Adaptability Environment & Business Resilience yang dimiliki perusahaan startup di Indonesia akan mampu melewati fase sulit tersebut. Bahkan pada suatu saat nanti akan berada dititik stabil kembali. “Badai PHK yang mengguncang beberapa perusahaan startup di Indonesia bukanlah akhir dari segalanya, melainkan proses adaptasi menuju titik stabil yang baru guna mempertahankan keberlanjutan perusahaan” ucapnya. Kesimpulan yang bisa diperoleh adalah saat ini banyak perusahaan startup yang sedang melakukan proses adaptasi melalui berbagai cara untuk dapat melakukan efisiensi salah satunya adalah reorganisasi SDM dan merubah segment pasar guna mempertahankan keberlangsungan bisnisnya.